Senin, 05 Desember 2011

Perkembangan Ekonomi Internasional

Krisis ekonomi Asia yang berkepanjangan telah mengubah perkiraan pertumbuhan ekonomi dunia tahun 1998 ketingkat yang lebih rendah dari perkiraan sebelumnya. Misalnya IMF, dalam World Economic Outlook edisi Mei 1998, merevisi kembali perkiraan pertumbuhan ekonomi dunia menjadi sekitar 3 persen dari perkiraan 3,5 persen pada bulan Desember 1998 dan 4,25 persen pada bulan Oktober 1998.
Pertumbuhan ekonomi yang lebih rendah akan terjadi pada negara-negara yang tahun ini masih mengalami krisis ekonomi, yaitu Indonesia, Korea, dan Thailand. Negara-negara ini akan mengalami penurunan yang tajam pada sisi permintaan domestik dan impornya. Pada skala yang lebih kecil, penurunan pertumbuhan juga akan terjadi pada Malaysia, Filipina, dan beberapa negara Asia Timur lainnya.
Di antara negara maju, prospek jangka pendek Jepang nampak memburuk. Terkait dengan berbagai kesulitan ekonomi yang sedang dihadapi negara-negara Asia yang merupakan mitra dagang utamanya, pemulihan ekonomi Jepang terhambat karena berbagai persoalan ekonomi domestik, seperti sektor keuangan yang lemah dan berbagai kesulitan yang ditimbulkan oleh hutang yang macet, keterlambatan penerapan reformasi struktural, serta berkurangnya rangsangan fiskal dalam tahun 1997 seperti peningkatan pajak konsumsi.
Sementara itu, pertumbuhan ekonomi negara-negara di Amerika Utara dan Eropa Barat tetap pada tingkat yang terjaga. Kondisi permintaan domestik yang kuat di Amerika Serikat, Kanada, dan Inggeris serta beberapa negara Eropa Barat lainnya diharapkan dapat mendorong perbaikan posisi neraca pembayaran yang diperlukan negara-negara Asia sehubungan dengan menurunnya aliran modal asing masuk ke kawasan tersebut. Negara-negara Asia yang sedang mengalami proses restrukturisasi berpeluang untuk meningkatkan ekspor ke negara-negara maju tersebut.
Meskipun sejauh ini krisis negara-negara Asia masih terbatas pengaruhnya pada pertumbuhan dunia, namun demikian kondisi krisis ini bersama-sama dengan penurunan harga minyak bumi dapat menyebabkan perubahan yang cukup luas terhadap perkembangan perdagangan dunia. Beberapa negara mungkin mengalami akibat yang menyakitkan. Negara-negara tersebut diharapkan tidak mengadakan hambatan perdagangan ataupun depresiasi nilai tukar yang berlebihan untuk meningkatkan daya saingnya. Reaksi defensif ini akan berakibat ýcounterproduktifý, memperlambat proses keluar dari krisis, dan mengurangi potensi pertumbuhan ekonomi dunia.
Krisis ekonomi di beberapa negara Asia (Korea Selatan, Malaysia, Indonesia, Filipina, dan Thailand) memberikan efek pada pasar komoditi dunia melalui beberapa saluran, seperti yang disampaikan dalam buletin Commodity Markets and The Developing Countries edisi Februari 1998 dari Bank Dunia. Pertama, harga-harga komoditi ekspor ke lima negara yang mengalami krisis akan turun dalam dollar AS karena adanya devaluasi. Kedua, pertumbuhan ekonomi yang melambat dan harga komoditi impor yang naik akan mengurangi permintaan akan impor. Ketiga, dua efek terdahulu akan memberikan pengaruh pula pada pertumbuhan ekonomi negara lain dengan besaran yang berbeda-beda. Keempat, harga komoditi yang turun pada pasaran dunia akan mengurangi pula pendapatan ekspor negara-negara lain.

Rabu, 19 Oktober 2011

Ratu Atut Konsisten Angkat Kesejahteraan Petani



PANDEGLANG - Kabupaten Pandeglang merupakan jantung bagi ketahanan pangan wilayah Provinsi Banten. Pasalnya, daerah ini memberikan kontribusi sangat besar terhadap produksi pangan dari bidang pertanian.

Oleh sebab itu, meningkatkan keberdayaan dan kesejahteraan hidup para petani tetap akan menjadi perhatian serius Hj Ratu Atut Chosiyah, apabila kembali diberi kepercayaan memimpin Banten.

"Banten sebagai wilayah agraris harus menempatkan petani sebagai sosok penting, dengan lebih memberi perhatian terhdap upaya meningkatkan kualitas hidupnya. Sebab harus diingat, dunia sudah mulai mengalami krisis bahan pangan. Karena itu, petani memiliki peranan yang sangat besar dalam upaya mencapai ketahanan pangan," kata Ratu Atut, di sela-sela jadwal Kampanye pasangan Atut-Rano di Lapangan Menes, Pandeglang, Sabtu (15/10/2011).

Seperti diketahui, selama masa lima tahun kepemimpinannya yang baru lalu, Ratu Atut memberikan perhatian yang sangat besar terhadap pembangunan bidang pertanian.

Hasilnya, Banten termasuk salah satu dari 10 provinsi yang menjadi lumbung padi nasional. Atas pencapaian tersebut, Hj Ratu Atut Chosiyah dinobatkan bintang tanda jasa Satya Lencana Wirakarya oleh pemerintah pusat.

"Berbagai program pertanian sudah saya luncurkan dengan target surplus beras di Banten. Terakhir, kita menggandeng perusaha-perusahaan BUMN untuk mendukung program GP3K atau Gerakan Peningkatan Produksi Pangan Berbasis Korporasi. Salah satu sasaran dari gerakan ini adalah meningkatnya kesejahteraan hidup para petani," kata Gubernur wanita satu-satunya di Indonesia ini.

Besarnya perhatian Hj Ratu Atut Chosiyah terhadap pembangunan bidang pertanian diakui, oleh sejumlah Ketua Gapoktan (Gabungan Kelompok Tani), di antaranya Ketua Gapoktan Mekar Tani Sukija Atmaja, Ketua Gapoktan Kecamatan Panimbang Mardi Sumardi, dan Ketua Gapoktan Galang Balang, Cimanuk, Itang Sulaiman.

"Kami bangga memiliki pemimpin yang sangat memperhatikan nasib petani dan pembangunan pertanian," kata Sukija.

Sedangkan menurut Mardi, program-program pertanian yang telah diberikan selama kepemimpinan Hj Ratu Atut Chosiyah lima tahun lalu, sangatlah tepat dan dipandang perlu diteruskan agar dapat lebih dioptimalkan untuk mencapai surplus produksi beras Banten khususnya dan nasional pada umumnya. "Ibu Ratu Atut membuat kami lebih bersemangat dalam bekerja," tambahnya.

Itang Sulaiman mengatakan, Ibu Ratu Atut sangat resposif terhadap semua aspirasi petani selama ini. Salah satunya Ibu Ratu Atut dengan jajarannya langsung beraksi dengan melakukan rehabilitasi Sungai Cilember dan mebuat sodetan.

Hal ini diharapkan dapat mengatasi masalah banjir di wilayah Pandeglang saat musim hujan. Kemudian, juga memperbaiki infrastruktur jalan poros pertanian.

Ketiga Ketua Gapoktan tersebut optimistis, seluruh petani di Banten akan memberikan dukungannya terhadap kepemimpinan Hj Ratu Atut Chosiyah pada Pilgub 22 Oktober mendatang. "Sebab, Ibu Ratu sudah memberikan banyak bukti terhadap pembangunan bidang pertanian, bukan baru memberi janji-janji," tambah Itang. (bs) (adv) (//ade)

TEORI FUNGSI DAN FUNGSI LINIER (Matematika Ekonomi)

A. Pendahuluan
Fungsi adalah hubungan matematis antara suatu variabel dengan variabel lainnya. Unsur-unsur pembentuk fungsi adalah variabel, koefisien, dan konstanta.
 
Variabel adalah unsur yang sifatnya berubah-ubah dari satu keadaan ke keadaan lainnya. Variabel dapat dibedakan menjadi variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas : variabel yang menjelaskan variabel lainnya.  Adapun Variabel terikat adalah variabel yang diterangkan oleh variabel bebas.





Koefisien adalah bilangan atau angka yang diletakkan tepat di depan suatu variabel, terkait dengan variabel yang bersangkutan.
Konstanta sifatnya tetap dan tidak terkait dengan suatu variabel apapun.
B. Fungsi Linier
Fungsi linier adalah fungsi yang paling sederhana karena hanya mempunyai satu variabel bebas dan berpangkat satu pada variabel bebas tersebut, sehingga sering disebut sebagai fungsi berderajad satu.
Bentuk umum persamaan linier adalah
Y = a + bX
a = intersep
b =gradien/ kemiringan

Intersep a merupakan titik potong antara fungsi linier dengan sumbu y. Gradien b merupakan kemiringan fungsi linier terhadap sumbu x.

Jika b bernilai positif : fungsi linier digambarkan garis dari kiri bawah ke kanan atas
Jika b bernilai negatif : fungsi linier digambarkan garis dari kiri atas ke kanan bawah
Jika b bernilai nol : digambarkan garis yg sejajar dengan sumbu datar x
C. Penggambaran Fungsi Linear
 
Apabila b bernilai negatif : Y = 10 - 2X  maka kurva bergerak dari kiri atas ke kanan bawah
   
 
Apabila b bernilai positif : Y = 2 + 2X  maka kurva bergerak dari kiri bawah ke kanan atas


 

Selasa, 18 Oktober 2011

Ekonomi Bukan Matematika







Walaupun pemerintah Indonesia yakin krisis keuangan saat ini tidak akan sampai mengulang krisis tahun 1997-1998, namun hal-hal tak terduga mungkin saja terjadi. Ibarat melihat hantu, seluruh manusia penghuni planet yang bernama Bumi ini begitu ketakutan melihat badai krisis keuangan yang sedang mengancam. Sebelumnya, tidak ada yang menduga, krisis yang awalnya dipicu oleh ketidakmampuan rakyat Amerika (AS) membayar cicilan utang rumah (Suprime Mortgage) itu akan berdampak seperti sekarang. Namun karena begitu rapatnya jaring globalisasi yang mengikat perekonomian dunia di era ekonomi liberalisme ini membuat tidak ada satu negara pun yang benar-benar bebas imbas jika krisis ini terus berlanjut.

Rentetan krisis keuangan di AS itu awalnya membuat satu demi satu institusi finansial besar bertumbangan. Bangkrutnya sejumlah lembaga keuangan multinasional yang beroperasi di seluruh dunia membuat likuiditas atau jumlah uang yang beredar secara global mengering. Terjadi penarikan simpanan secara ramai-ramai oleh nasabah bank di Eropa, di samping keengganan sesama bank saling meminjamkan turut memperparah ketatnya likuiditas. Kebutuhan likuiditas yang tinggi itu membuat para investor menarik dananya dari pasar keuangan. Salah satunya dengan menjual saham mereka di berbagai pasar bursa. Itulah dampak langsung pertama krisis keuangan global yang dirasakan dunia saat ini.
Walaupun Kongres Amerika Serikat telah menyetujui paket dana talangan sebesar US$ 700 miliar, pemerintah di berbagai negara juga sudah menyuntikkan dana ke pasar serta memberi jaminan atas semua utang dan simpanan nasabah di perbankan. Namun hal tersebut tidak cukup menenangkan pasar. Nampaknya investor khawatir, otoritas tidak sanggup lagi menghentikan krisis. Aksi ramai-ramai jual saham terus berlanjut yang akhirnya membuat indeks saham di hampir seluruh bursa penjuru dunia turun secara drastis, bahkan dikabarkan mencatatkan rekor baru. Indeks bursa saham di Dow Jones, pasar saham yang selama ini sering dipakai sebagai tolok ukur perdagangan saham dunia, pada Selasa (7/10) misalnya, melorot hingga 500 poin.
Di Indonesia sendiri, otoritas Bursa Saham Indonesia (BEI) sempat menghentikan perdagangan 15 emiten karena penurunan dalam sehari telah mencapai batas toleransi 30%. Emiten dimaksud di antaranya adalah kelompok Bakrie. Penurunan indeks pertama sekali dipicu penjualan besar-besaran saham-saham kelompok Bakrie oleh Fortis, salah satu investment banking terbesar asal Eropa yang juga didera kerugian akibat investasinya di surat-surat beharga berbasis subprime mortgage. Untuk mengurangi kerugian, Fortis melikuidasi aset-asetnya di berbagai bursa dunia, termasuk di Indonesia.
Lebih dramatis lagi, akibat jatuhnya indeks harga saham gabungan (IHSG) yang sudah di luar batas kewajaran, perdagangan saham di BEI, Rabu (8/10) terpaksa dihentikan sementara oleh otoritas BEI sebelum sesi perdagangan pertama hari itu berakhir. Bahkan, pada sesi kedua, bursa juga tetap tidak dibuka hingga Jumat (10/10).
Begitu mengkhawatirkannya ancaman krisis global ini, sampai-sampai beberapa pemimpin dunia saling menyerukan pihak-pihak agar mengambil tindakan penyelamatan. Paus Benediktus XVI misalnya, menyarankan agar korporasi finansial menghentikan aksi ambil untung besar tanpa mengindahkan risiko. Sedangkan PM Inggris mengecam AS yang dianggap sebagai penyebab awal masalah ini. “Saya kira AS harus bertanggung jawab terhadap dunia dan juga kepada mereka sendiri,” katanya seperti dikutip berbagai media. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) juga menyerukan kepada AS dan negara-negara maju lainnya mengambil tanggung jawab menstabilkan sektor keuangan.
Sebelum diminta pihak lain, para pemimpin Uni Eropa memang sudah bertemu untuk mencari solusi. Presiden Bush juga dikabarkan sibuk membuat berbagai langkah, termasuk menghubungi sejumlah pemimpin Eropa guna mengupayakan strategi yang terkoordinasi mengatasi krisis. Tanpa disebutkan, Bush mungkin merasa bertanggung jawab atas kejadian sekarang, sebab seperti pendapat banyak pihak, bahwa krisis sekarang ini berakar dari minimnya peraturan yang mengontrol sektor keuangan di negara adidaya itu.
Di Tanah Air, yang sistem keuangannya masih sangat rentan terhadap gejolak eksternal, dampak ketatnya likuiditas global akan memandekkan pembangunan sektor riil. Jika krisis berlanjut, cepat atau lambat, ekspor beberapa produk pasti terganggu seiring menurunnya permintaan dunia. Efek lanjutannya, produsen-produsen komoditi ekspor akan melakukan penyesuaian dengan cara mengurangi produksi yang juga berarti akan mengurangi karyawan. Dengan bertambahnya pengangguran, berarti krisis akan mempengaruhi semua lini kehidupan masyarakat mulai dari pengusaha hingga tukang ojek dan pedagang asongan sekalipun.
Walaupun pemerintah Indonesia yakin krisis ini tidak akan sampai mengulang krisis tahun 1997-1998, dan dampaknya juga diperkirakan baru terasa tahun 2009 nanti, namun hal-hal tak terduga mungkin saja terjadi. Seperti pendapat para ekonom, ekonomi bukanlah matematika. Ekonomi sering bergulir sesuai persepsi para pelaku. Oleh sebab itu, demi mengantisipasi terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan, pemerintah bersama lembaga-lembaga negara terkait telah berulangkali mengadakan rapat koordinasi untuk membahas langkah antisipasi.
Beberapa langkah antisipasi yang berhasil disepakati pemerintah di antaranya: Meningkatkan likuiditas secara terukur; Akan menyerasikan kebijakan fiskal dan moneter; BI akan mendukung penuh kebijakan pemerintah tanpa kehilangan independensinya; Belanja pemerintah akan ditingkatkan hingga 92% akhir Desember 2008; Memperkuat neraca pembayaran dengan meningkatkan ekspor, menurunkan impor dan menarik minat investasi asing.
Hampir sejalan dengan langkah antisipasi yang disepakati pemerintah dan Bank Indonesia, Kadin juga menyumbangkan 21 butir rekomendasi untuk mengatasi krisis global antara lain: Bank Indonesia perlu merelaksasi kebijakan uang ketat; perlu meningkatkan jumlah jaminan yang ditanggung LPS; ekspor komoditi andalan perlu dukungan khusus; perlu memperkuat perlindungan pasar dalam negeri; percepatan implementasi kebijakan sektor agro, pangan dan energi; menjaga tingkat kepercayaan konsumen agar permintaan domestik tidak turun; penurunan atau pembebasan pajak (PPN dan PPnBM); dan perlunya percepatan pelaksanaan proyek infrastruktur.
Sementara itu, untuk menjaga kebutuhan devisa, pemerintah meminta sejumlah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) memindahkan simpanan dollar Amerika Serikat ke dalam negeri. “Kami mengimbau supaya dipindahkan ke sistem perbankan domestik saja,” kata Menteri Negara BUMN Sofyan Djalil, 6 Oktober lalu. Tapi menurut Sofyan, kalau dollar yang akan dipakai untuk proyek dan kebutuhan di luar negeri, dikecualikan. Selain itu, pemerintah juga berencana menyiapkan tindakan khusus terhadap perusahaan negara yang kebutuhan dollarnya tinggi (over exposure). “Mereka diminta untuk meninjau kembali proyek-proyek itu, terutama yang mismatch,” ujar Sofyan.
Kendati Presiden optimis krisis ekonomi 1998 tak akan terulang, namun dia mengingatkan agar tidak lalai memelihara momentum pertumbuhan ekonomi. Presiden meminta agar perkembangan pasar domestik diperkuat dengan menjaga konsumsi serta pemanfaatan produk dalam negeri. Sependapat dengan Presiden, Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu juga mengatakan, impor barang konsumsi harus dikurangi untuk menyeimbangkan neraca perdagangan Indonesia menyusul perkiraan terjadinya penurunan kinerja ekspor tahun depan. Sedangkan Ketua DPR R Agung Laksono mengatakan, ada dua hal yang perlu dilakukan pemerintah untuk mengantisipasi imbas krisis ekonomi AS yakni memanfatkan potensi sumber daya alam Indonesia yang melimpah dan penerapan kebijakan ekonomi yang efektif dan efisien.
Dari berbagai solusi yang ditawarkan untuk mengatasi ancaman krisis ini, yang paling penting diperhatikan adalah bagaimana menumbuhkan dan menjaga kepercayaan. Termasuk menjaga kepercayaan pasar global terhadap sistem finansial di Indonesia, serta kepercayaan masyarakat Indonesia sendiri pada produk dalam negeri. Di samping itu, pertumbuhan kredit sebagai motor utama bisnis perbankan perlu dijaga jangan sampai lebih banyak tersedot di sektor konsumtif. Pengawasan di sektor keuangan juga perlu diperketat sekaligus fokus pada pembangunan sektor riil, infrastruktur, energi dan pangan. MS (Berita Indonesia 61)